Program acara baru dari TLC Asia, Surfing the Menu: Next Generation yang mulai tayang 18 Juli lalu setiap pukul 20.00, akan menghadirkan hiburan memasak yang tidak biasa.
Ya, acara yang dipandu oleh dua orang host bersahabat, Dan Churchill dan Hayden Quinn ini akan menghadirkan hiburan memasak yang lain dari program acara serupa. Karena kita juga akan diajak untuk berselancar, berburu makanan segar, berwisata, dan mengikuti petualangan mereka menjelajahi Australia.
Dan dan Hayden berkeliling Negeri Kanguru tersebut dengan menggunakan mobil Volkswagen Beetle atau VW Kodok yang diberi nama GiGi. Mereka akan mengajak kita mengunjungi gurun, peternakan di pedalaman Australia, belajar berlayar, snorkeling di Ningaloo dan Great Barrier Reefs, menangkap kepiting lumpur, sampai berenang dengan ikan pari!
Beberapa waktu lalu, tim redaksi HangOut berkesempatan untuk melakukan phone interview dengan kedua host yang sangat friendly dan menyenangkan ini. Berikut percakapan kami dengan Dan dan Hayden dalam waktu yang singkat, bersama juga beberapa media asing lainnya:
Seberapa menyenangkan kah atmosfer acara kalian dan bagaimana kalian menggambarkan partnership kalian di balik layar?
Hayden: Yang paling indah dari acara ini adalah fakta bahwa acara ini memang menyenangkan. It’s very – by the way of how it’s shot, it’s very pulled back, it’s very sort of organic. And it’s shot in an observational documentary style, plus Saya pikir acara ini benar-benar menampilkan karakter Australia. You know that Aussie larrikinism, that Aussie laidback feeling, that laidback vibe, it very much shines through on the screen. Dan dan Saya, kamu tahu, telah mengenal satu sama lain sejak sekitar tahun 2013, jadi kami telah jadi sahabat baik untuk waktu yang lama. Jadi kami bersama-sama dengan baik di balik layar, dan kami beruntung untuk dapat menghabiskan banyak waktu bersama dan melakukan banyak hal luar biasa.
Dan: Apa yang kamu lihat adalah apa yang kamu dapat antara Hayden dan saya, dan itu lah yang indah dari acara ini. Jadi kami berharap kepada kalian melihat gaya hidup yang luar biasa menyenangkan di Australia, and also two young blokes having some fun around the country.
Kapan kalian berdua menyadari bahwa kalian punya hobi dan ketertarikan yang sama? Karena untuk acara seperti ini kan butuh chemistry yang baik…
Dan: Ya, Hayden dan saya, kami jelas sangat terhubung secara geografis, tapi kami juga cinta air, kami cinta memasak. Keluarga kami – ibunya Hayden sungguh menjadi sosok besar bagi Hayden dalam belajar memasak, bagi saya keluarga saya memengaruhi soal memasak. Jadi kami memiliki banyak kesamaan, dan jelas kami melihat kesamaan kami satu sama lain, dan di mana kami tinggal selalu ada bar, restoran, and stuff and we’d see each other out. So what you see is what you get, and so Hayden and I kind of have a real natural chemistry that is not forced in any way. Dan saya pikir ketika acara ini akan dibuat, acara ini kurang lebih seperti ‘If it could be done between us’, it was more a class of, ‘When can we do it?’. Jadi ini adalah sebuah transisi yang sangat sederhana, dan kamu tahu, bisa keliling negara dengan salah satu sahabat terbaikmu dan pergi untuk memasak dan berselancar, adalah sesuatu yang mahal, ya kan?
Hayden: Saya pikir kami benar-benar beruntung bahwa kami dapat bersama-sama dengan baik, dan ketika kamu membuat acara televise seperti Surfing the Menu, kamu tahu, ini tidak hanya Dan dan saya. Ini tentang sepuluh orang lainnya yang menjadi kru, cameramen, sound guy, produser, eksekutif produser, fotografer. Ini adalah grup yang besar. Dan acara ini membutuhkan waktu dua bulan untuk syuting. Seperti yang kalian tahu, Australia sangat-sangat besar, jadi kami menghabiskan waktu keliling dan hidup sehari-harinya selama itu dengan satu sama lain.
So I think for Dan and I having that connection and that sort of knowledge of each other and an understanding of each other before we went into this was really important, dan ini luar biasa untuk dapat – kamu tahu, kami kenal satu sama lain dengan baik, tapi sekarang setelah acara kami jadi kenal satu sama lain dengan lebih baik lagi. Kami berbagi kamar bersama, kami berbagi dapur – kamu tahu, kami menghabiskan setiap harinya dengan satu sama lain. So it’s a really, really fortunate time.
Apa momen paling memorable bagi kalian selama memproduksi acara ini?
Hayden: Momen paling memorable, gosh. I think that’s a tricky one. Saya pikir salah satu momen favorit saya, saya sangat-sangat suka menghabiskan beberapa waktu di Broome, which is like right, right up in the north west of Western Australia, quite close to or pretty much on the doorstep of Indonesia really, up there in that northern part of Western Australia. Dan kami menghabiskan waktu di sana dan bertemu beragam orang dan memancing serta, oh tidak, kami tidak menangkap kepiting lumpur di sana. Itu sangat berbeda dari apa yang kami alami sebelumnya. Di sana tropis, panas sekali. Itu sangat-sangat, kamu tau, kami seperti berada di Asia ketika di Broome. Ada banyak pengaruh China, Jepang, Aborigin, ada banyak pengaruh besar di sana, dan kami pikir kami berani sekali di Broome. Itu adalah tempat yang sangat keren.
Dan: Yeah, Broome luar biasa. Bagi saya, saya pikir ada sebuah episode di mana kami pergi ke Queensland Utara and I was very fortunate to – Hayden and I were very fortunate to actually come across and do a recipe with my grandma, my nana. Jadi Dia di dapur bersama kami, mendiskusikan resep spesialnya, dan Ia memberikan beberapa resepnya. Saya tidak bertemu nenek saya dalam beberapa tahun ini. Jadi ketika Hayden ada di sisi saya dan ada nenek saya di episode tersebut, it brought three generations of my family together. Dan itu sangat spesial, dan sebuah momen yang akan saya ingat sepanjang hidup saya.
Apa makanan paling tidak enak menurut kalian yang pernah kalian coba?
Hayden: Oh, makanan paling tidak enak yang pernah dicoba! Kami makan beberapa ikan lele dalam salah satu episodenya dan saya benar-benar tidak suka lele. Saya bukan penggemar lele sama sekali. Saya pernah makan beberapa, I’ve done some stuff in South Africa, and I’ve eaten some dried worms in South Africa and they weren’t too good either.Saya pikir cacing kering dan lele bukanlah kombinasi yang baik.
Dan, bagaimana pendapat kamu?
Dan: Mate, I don’t know about dried worms, saya tidak pernah mencobanya sebelumnya, tapi saya bukan penggemar liquorice atau akar manis. Dan juga saya pernah makan beberapa makanan penutup sebelumnya di mana akar manis tidak menjadi bahan resepnya sebelumnya. Saya tidak tahu bahannya masuk resep dan tiba-tiba saya pernah mendapatkan makanan dengan bahan tersebut, dan itu membuat saya tidak nyaman. Saya tidak dapat memakannya. Jadi itu adalah bahan makanan yang tidak dapat saya tangani sejauh ini.
Kalian sebenarnya benar-benar menangkap dan memasak kepiting tidak? Tidakkah kalian takut jari kalian akan terpotong bila menangkapnya?
Hayden: Tidak, karena kami tidak pernah menangkapnya sama sekali. Ceritakan ceritamu, Dan.
Dan: Oke, jadi kami waktu itu berjalan di sekitar sebuah mangrove. Kami benar-benar terjebak sekitar 8 kilometer, dan ada orang yang menjebak kepiting lumpurnya setiap hari dan selalu menangkap kepiting lumpur tersebut. And here these two young boys from the northern beaches come along and are filming a show, and we didn’t come across one mud crab. Jadi kami tidak takut, karena kami tidak menangkapnya sama sekali, karena belum pernah melakukannya.
Hayden: Mereka benar-benar binatang yang cukup kuat dan seramg. Kamu jelas tidak mau jarimu ditangkap capitnya. Saya pasti akan sangat ketakutan.
Okay, thank you for your time and we hope we could meet one day!