Saat mampir ke Jakarta tengah November ini, Kero Kero Bonito berbagi sejumlah fakta menarik kepada kami dalam sebuah obrolan santai. (Foto oleh Ramadan Tobing)

Kontributor: Adhie Sathya

Gempuran gila-gilaan para pelaku musik eletronik mainstream seperti Zedd, Diplo, Major Lazer sampai Kygo ternyata tidak membuat nyali para minoritas menciut. Trio pop elektronik asal London, Inggris Kero Kero Bonito bisa jadi acuan jelas mengapa pelaku elektronik minor justru punya pergerakan yang patut diperhitungkan.

Memilih fokus pada perpaduan musik 8-bit dan J-pop, nama Kero Kero Bonito memang belum sebesar GFOTY, QT atau bahkan yang lebih mainstream, Charlie XCX. Akan tetapi, pesan yang mereka ingin sampaikan lewat lagu-lagu seperti Flamingo, Sick Beat, hingga Picture This sangatlah jelas, to stay happy as long as possible, dan ini yang membuat nama mereka sangat pekat di kalangan penikmat musik elektronik underground di London maupun di dunia.

Setelah sempat manggung di festival sebesar SXSW tahun lalu, trio yang beranggotakan Jamie Bulled, Gus Lobban dan Sarah Midori terus mengepakkan sayapnya dengan album kedua bertajuk Bonito Graduation. Dan kali ini Indonesia dapat kesempatan untuk menikmati aksi KKB di dua konser mini yang mereka gelar atas undangan British Council.

Anyway, HangOut Indonesia menemukan sejumlah fakta menarik soal mereka saat kami temui dan ngobrol-ngobrol bareng di The Goods Dinner pada Jum’at (18/11) sore, sebelum mereka tampil.

Audisi Sarah

Kero Kero Bonito terbentuk berkat ide brilian dua produser di baliknya, Gus Lobban dan Jamie Bulled. Lantaran bosan dengan genre band-band terdahulunya, keduanya sepakat membentuk proyek elektronik ini di 2013 lalu. Sadar musik J-Pop dan 8-bit mereka butuh vokalis, Gus dan Jamie membuat sayembara di internet yang ternyata langsung disambar oleh Sarah.

“Waktu itu, aku memang baru lulus kuliah, terus nggak tahu mau ngapain. Pas deh lihat poster KKB di internet mencari vokalis yang bisa bahasa Inggris dan Jepang, aku langsung daftar untuk ikutan!” ucap perempuan yang memiliki nama panjang Sarah Midori Perry.

Proses audisinya pun terbilang ringkas. Kualitas vokal lucu Sarah serta kemampuannya nge-rap dalam bahasa Jepang membuat Gus dan Jamie langsung terpikat.

“Setelah kita coba masukin vokal dia ke lagu-lagu KKB, kami nggak berpikir lama untuk merekrutnya,” ungkap Gus.

Porsi peran rata

Tidak seperti band atau grup elektronik pada umumnya di mana sang vokalis dominan memegang peran keseluruhan, KKB justru memiliki sistem yang unik. Semua ide unik dan proses kreatif musikalnya dipegang langsung oleh Jamie yang memang sangat freak dalam mengulik musik-musik aneh. Setelah dituangkan Jamie, Gus yang langsung mengolahnya dalam bentuk lirik dan efek-efek tambahan sebelum diserahkan kepada Sarah untuk dites vokal.

Semua proses kreatif ini ternyata sudah mereka adopsi sejak album pertama. “Kita selalu bekerjasama menggarap materi-materi yang ada. Namun, setiap member band ini harus punya peran yang seperti disebutkan di atas,” ujar Gus.

Punya lagu tentang drop-out kuliah

Lirik-lirik yang hadir di tiap lagu Kero Kero Bonito memang sangat unik. Mulai dari soal PR, pesta, sampai buaya pun dijadikan lirik oleh Gus, Jamie, dan Sarah. Namun ada satu lagu unik yang ternyata punya cerita yang tidak kalah uniknya.

Yap, di album Benito Graduation, mereka memiliki lagu berjudul Graduation. Sekilas dari liriknya, banyak yang mengira lagu ini adalah bentuk selebrasi para member KKB lulus kuliah. Ternyata tidak sama sekali, karena Graduation adalah bentuk pelampiasan Jamie yang sempat drop-out dari kuliahnya.

“Ya, sebelum kami memulai KKB, saya kena drop-out dari kampus saya. Ya sudah, daripada basi, mending dibikin lagu sekalian,” kata Jamie yang punya postur kurus ini.

Kalau tidak percaya, tengok deh liriknya yang berkata:

Today’s my graduation, I’ve done my dissertation. Even got a hat I can throw (but I’m not going). Today’s my graduation, so long to education. Didn’t learn a thing anyway

Jatuh cinta dengan Pokemon

Punya genre J-Pop dengan vokalis berdarah Jepang memang membuat Kero Kero Bonito lekat dengan Negeri Dewa Matahari tersebut. Namun, ketika disuruh menyebut apa hal yang membuat keduanya jatuh cinta dengan Jepang, jawabannya adalah Pokemon.

Semenjak game Pokemen Go! meledak di awal tahun 2016, KKB tidak bisa lepas dari karakter anime legendaris Jepang tersebut. Bahkan, di album kedua mereka, Bonito Generation, warna khas Pokemon, kuning jadi latar belakang cover album mereka.

“Ya, Pokemon punya pengaruh banyak buat musik-musik kita. Bahkan, belakangan, kami nggak bisa berhenti main gamenya,” tutur Sarah.

Tidak hanya Pokemon, sih. Beberapa lagu KKB, seperti yang dijelaskan oleh Jamie, juga terpengaruh dengan produk-produk game Jepang lainnya, khususnya game RPG seperti Final Fantasy dan lain-lainnya.

Lagu-lagu yang dimiliki dan dibawakan Kero Kero Bonito sangat bernuansa fun. (Foto oleh Ramadan Tobing)

Ingin Dunia Lebih Ceria

Mengusung genre 8-bit memang jadi pertaruhan sendiri bagi Kero Kero Bonito. Terlebih, para musisi mainstream yang belum akan melepas daerah kekuasaan kepada musisi-musisi kecil seperti Sarah, Gus, dan Jamie ini.

Namun, ternyata menggusur para mainstrimis tersebut bukan misi dari KKB, lantaran ketiganya hanya ingin membuat musik untuk dunia yang mereka nilai sekarang tengah “bersedih”. Tentu saja dengan adanya banyak permainan politik, perang hingga isu ekonomi global yang nggak ada habisnya.

Jadi jelas saat ini KKB berharap dengan lantunan yang penuh warna, dunia dapat berubah menjadi lebih cerah lagi.

I think our music is a sweet rebellion. Terlalu banyak sisi negatif yang terjadi di dunia ini saat ini. Dengan musik di KKB, kami berharap dapat mengingatkan orang-orang di dunia ini kalau kita masih punya harapan loh untuk membuat dunia lebih ceria lagi,” tandas Gus.

Save The Date! Ed Sheeran Gelar Konser di Jakarta Bulan November Ini, Lho!

Liam Gallagher Gelar Konser di Indonesia Untuk Pertama Kalinya

Banks Jakarta Live Concert 2017

Photo Gallery: Magnitude Hammersonic 2017

Photo Gallery: Yellow Claw X Moet & Chandon

Photo Gallery: Belvedere Playground The Debut