Pipiltin Cocoa mengadakan acara peluncuran cokelat baru, Cokelat Ransiki, dari Papua Barat di Grand Indonesia, Jakarta, pada Kamis (22/08/2019).
“Cokelat Ransiki menyampaikan cerita unik kekayaan alam Indonesia, khususnya alam Papua Barat dengan keanekaragaman hayatinya,” ujar Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, saat meresmikan peluncuran Cokelat Ransiki 72% di Palalada, Grand Indonesia, Jakarta (22/8).
Acara ini dihadiri oleh banyak undangan dari berbagai daerah dan negara, salah satunya Bupati Manokwari Selatan, Markus Waran dan dibuka oleh tari daerah Papua Barat.
Peresmian Cokelat Ransiki dilakukan dengan pemukulan tifa (alat musik daerah Papua) sebagai simbol penghormatan Papua Barat oleh Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Triawan Munaf, Bupati Manokwari Selatan Markus Waran, Wakil Gubernur Mohamad Lakotani, dan Pemilik Pipiltin Cocoa Tissa Aunilla dan Irvan Helmi.
Kehadiran cokelat Ransiki 72% di pasaran Indonesia merupakan wujud kolaborasi nyata dari kemitraan Pemerintah Provinsi Papua Barat, Pemerintah Kabupaten Manokwari Selatan, Pipiltin Cocoa, Koperasi Petani Cokran “Eiber Suth” dan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (YIDH). Kolaborasi ini bertujuan melindungi hutan, lahan gambut dan ekosistem kunci di Papua Barat, sekaligus memastikan pengembangan ekonomi berbasis komoditas berfokus pada kesejahteraan orang asli Papua yang dikelola secara berkelanjutan dan dapat direplikasi secara luas. Cokelat Ransiki 72% berasal dari perkebunan seluas 1.600 hektar yang dikelola oleh Koperasi Petani Cokran “Eiber Suth” di Distrik Ransiki, Manokwari Selatan, Papua Barat.
Sesuai dengan rencana pemerintah daerah, Distrik Ransiki akan dikembangkan sebagai pusat pengembangan kakao berkelanjutan yang dikelola menggunakan prinsip-prinsip ekonomi hijau. Harapan ke depannya pengembangan kakao ini dapat menciptakan pendapatan ekonomi alternatif bagi masyarakat lokal, sembari melindungi kawasan berfungsi lindung. Pengembangan kakao berkelanjutan di Ransiki tidak terlepas dari posisinya sebagai bagian dari rangkaian ekosistem lanskap “Mahkota Permata Tanah Papua” yang membentang dari Kabupaten Tambrauw, Pegunungan Arfak, Manokwari Selatan hingga Teluk Bintuni, yang diusulkan dalam Kawasan Strategis Provinsi (KSP) berfungsi lindung pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Papua Barat. Rumah bagi berbagai spesies flora dan fauna endemik, termasuk burung cendrawasih Vogelkop Superb yang ditemukan pada tahun 2018 dan mamalia kharismatik Ekidna (Zaglossus bruijnii) – hewan unik menyerupai landak berparuh panjang yang bertelur dan kemudian menyusui anaknya (ovovivipar).
“Papua Barat dengan kekayaan keanekaragaman hayati dan budayanya adalah surga kecil yang jatuh ke bumi, dan ini bisa dirasakan dalam cita rasa khas cokelat dari surga (chocolate of paradise) Ransiki 72%” dikatakan Mohamad Lakotani,S.H., M.Si. Wakil Gubernur Papua Barat.
Penting bagi Pipiltin Cocoa untuk bercita-cita menjadi pembeli terbaik dari penghasil kakao berkualitas. Inilah inti dari perjalanan Pipiltin Cocoa: rasa khas di tiap daerah, kualitas tinggi, keberlanjutan dan inklusif. Inklusif terhadap komunitas penghasil sebagai rantai pasok yang paling penting dibandingkan dengan pemangku kepentingan lainnya. Kenapa? Pemikirannya sederhana: tanpa pemegang saham yang sekarang, cokelat bisa saja ada di pasaran, namun tanpa komunitas penghasil tidak akan ada lagi cokelat di pasaran.
Facebook Cafe akan segera hadir di Jakarta
Perlindungan data pribadi merupakan perhatian utama Facebook dalam menjaga keamanan privasi pengguna...
By: Gilang Ramadhan
Arrack & Spice terdiri dari Cocktail Bar, Restoran & Coffee Spice Bar dan sekarang beroperasi penuh!
By: Gilang Ramadhan
Unlearn the Rules oleh The Singleton Scotch Whisky menghadir...
The Singleton, wiski single malt dengan rasa halus dan seimbang, memperkenalkan program pertamanya d...
By: Gilang Ramadhan