Merantau merupakan perjalanan yang lebih dari sekadar pencarian uang, namun juga pengalaman, jodoh, dan jati diri. Di sinilah Dodi Prananda, penulis sekaligus perantau dari tanah Minang, meluncurkan buku non-fiksi pertamanya berjudul Perantau Anti Galau pada hari Sabtu (29/06), di Marketing Gallery Permata Hijau Suites, Jakarta Selatan.
Dodi yang dikenal sebagai penulis buku fiksi, sebut saja Rumah Lebah dan Waktu Pesta, memulai langkah barunya bersama Perantau Anti Galau di rak buku non-fiksi. Undangan peluncuran bukunya disematkan dengan ilustrasi yang menggambarkan seorang astronot mencapai bulan dan menemukan rumah makan Padang. Dilansir dari postingan Dodi dalam instagram pribadinya, gambaran tersebut merupakan anekdot dari tradisi merantau orang Minangkabau yang sudah dianut sejak nenek moyang. Dalam buku Perantau Anti Galau, Dodi bakal menjawab mengapa tradisi ini menjadi sesuatu yang turun temurun.
Dimoderatori oleh Risca Andalina, Presenter Jawa Pos, sesi peluncuran buku masuk ke dalam obrolan di balik terciptanya buku Perantau Anti Galau bersama Dodi Prananda dan Aninta Kanila, sang editor. Dodi yang lahir di Padang memulai perantauannya pada tahun 2011 dengan menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia, Depok. Tujuh tahun berlalu, Dodi telah menerbitkan 6 buku tunggal maupun kolaborasi yang semuanya berformat fiksi, sementara Perantau Anti Galau tercetus dari sebuah tantangan dari Aninta untuk sebuah tulisan berformat non-fiksi.
Mengingat Dodi yang juga bekerja di salah satu stasiun televisi, tulisan non-fiksi tentu sudah menjadi kesehariannya, dan menuangkannya dalam bentuk buku alih-alih berita menjadi tantangan baru beberapa bulan belakangan ini. Membagi waktu pekerjaan dan menulis buku menjadi persoalan utama dalam proses kreatif Perantau Anti Galau. Diiringi dengan deadline yang dipatok, riset yang terus digali, Perantau Anti Galau pada akhirnya muncul ke permukaan bersama penerbit YOI Books, imprint dari Elex Media Komputindo.
Buku ini ditulis sedikit banyak berdasarkan apa yang telah dijalani oleh Dodi selama 7 tahun merantau di Jakarta dan sekitarnya. Dikemas dengan gaya bahasa story-telling yang kuat, kombinasi antara fakta dan pepatah-pepatah Minang, buku Perantau Anti Galau dapat menjadi panduan bagi mereka yang sedang atau berencana merantau. Buku ini juga memuat beberapa kota yang potensial sebagai tempat rantau lengkap dengan rincian biaya hidup.
Acara peluncuran buku Perantau Anti Galau juga mengadakan sesi sharing soal merantau yang diisi oleh Bramantyo Pras, Presenter Trans7, yang juga seorang perantau dari Sidoarjo, dan Wahyudi Ritonga, News Anchor JAK TV & Dosen AKom BSI, yang merupakan perantau dari Medan.
Buku Perantau Anti Galau kini bisa kamu dapatkan di toko-toko buku terdekat dan siap mendampingi serta meredam kegalauanmu soal merantau.
Pihak Produksi Siap Garap Sekuel Dari Film 'Doctor Sleep'
Pihak Produksi Siap Garap Sekuel Dari Film 'Doctor Sleep'
By: ali adam malik
Fakta Menarik di Balik Keseruan Film “Ford v Ferrari”
Terinspirasi dari kisah nyata persaingan antara Henry Ford II dan Enzo Ferrari di Ajang Le Mans 24 J...
By: Gilang Ramadhan
BOOM.ID Berhasil Membawa Indonesia Juara 2 APAC Predator Lea...
Boom.ID yang berasal dari Indonesia berhasil meeraih Juara 2 pada APAC Predator League 2018.
By: Kevin